Back to Top
   Struktur Gerak
Yulianti Parani setidaknya membagi gerak menjadi 10 (sepuluh) pola pengembangan. Kesepuluh pola pengembangan gerak itu adalah :
1.      Gerak sebagai akibat kesadaran dari tubuh atau anggota tubuh.
Artinya, gerak yang dilakukan secara sadar karena akan membutuhkan untuk melakukan gerak itu sendiri dengan harapan meningkatkan keluwesan penggunaannya.
Contoh : berjalan, melompat, berlari berjingkat.
2.      Gerak sebagai akibat kesadaran waktu dan kekuatan atau daya.
Gerak-gerak yang dilakukan akan mempunyai perbedaan antara satu gerak dengan gerak lainnya. Ini disebabkan setiap gerak yang dilakukan akan berkaitan erat dengan waktu dan kekuatan.
Contoh : gerak bergantian (canon).
3.      Gerak sebagai akibat kesadaran ruang.
Ini berarti gerak yang dilakukan membentuk dan sekaligus mengisi ruang yang tersedia.
Contoh : kedua tangan direntang kemudian berjalan atau berlari seperti menirukan pesawat terbang.
4.      Gerak sebagai akibat kesadaran pengaliran berat badan dalam ruang dan waktu.
Artinya, gerak yang dilakukan akan berkaitan erat dengan keseimbangan berat badan yang diinginkan, apakah gerak itu mengalir, berkesinambungan dalam bingkai ruang dan waktu.
Contoh : lompat katak, berjingkat.
5.      Gerak sebagai akibat kesadaran kelompok dan formasi berkelompok berdua, bertiga dan seterusnya.
Ini berarti gerak yang dilakukan secara berkelompok memerlukan kesadaran dari setiap individu untuk mampu bekerja sama dengan baik dan benar.
Contoh : gerak bercermin, dan orang saling berhadapan dan menirukan gerakan yang dilakukan oleh orang didepannya.
6.      Gerak sebagai akibat penggunaan daya kekuatan yang bersumber pada lengan dan tangan.
Artinya, lengan dan tangan merupakan titik pusat untuk melakukan gerak.
Contoh : mengembangkan tangan seperti gerakan terbang tetapi diam di tempat.
7.      Gerak sebagai akibat irama (ritme) yang bersifat fungsional.
Artinya, gerak-gerak yang dilakukan keseharian diberi irama atau ritme sehingga gerak tersebut tidak lagi merupakan gerak fungsional semata.
Contoh : jalan atau langkah ganda (jalan atau step)
8.      Gerak sebagai akibat bentuk-bentuk tertentu di dalam tubuh.
Contoh : membentuk lingkaran dengan bergandengan tangan, membentuk garis lurus dengan duduk berjajar.
9.      Gerak sebagai akibat rasa ringan, sehingga ingin lepas dari lantai.
Contoh : melompat, meloncat, berlari kemudian melompat.
10.  Gerak yang dituntut oleh kualitas ekspresif.
Ini berarti gerak yang dilakukan tidak hanya menunjuk pada gerak fungsional semata dalam bingkai ruang, waktu dan tenaga, tetapi juga gerak tersebut menunjukan pada ekspresi yang hendak disampaikan kepada orang lain.
Contoh : mimik sedih dengan  kedua tangan bersedekap, mimik riang dengan kedua tangan direntangkan sambil berlari-lari kecil.
Gerak di dalam tari hasil dari pengembangan ragam gerak tersebut. Pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dalam penyusunan sebuah karya tari. Dengan demikian pada hakekatnya semua orang mampu mengembangkan pola gerak sesuai dengan tingkat usia. Semakin dewasa seseorang, maka akan semakin kompleks tingkat pengembangan pola geraknya. Sebaliknya, untuk usia anak-anak terlebih anak usia dini, maka gerak yang dikembangkan tentunya sesuai dengan kemampuannya, atau lebih muda dan tidak rumit, dan pola pengembangan geraknya pun dilakukan dengan materi dasar gerak keseharian, seperti melompat, berlari atau berjalan.
Gendhon Humardani menyatakan bahwa menurut sifatnya, gerak tubuh manusia dapat digolongkan ke dalam berbagai bentuk gerak, antara lain :
1.      Gerak aktif, adalah gerak tubuh yang mengandung maksud-maksud tertentu, yang dilakuakan sedemikian rupa sehingga lawan tergerak atau terpacu. Apabila tidak untuk kebutuhan praktis maka gerak-gerak aktif ini pada hakikatnya adalah alat ekspresi, yaitu alat untuk mengungkapkan rasa dan maksud. Gerak yang termasuk dalam gerak aktif adalah gerak-gerak yang sering dilakukan dalam keseharian.
2.      Gerak kata, adalah gerak-gerak aktif yang ditujukan untuk menceritakan sesuatu maksud. Dalam gerak kata ini selain menyajikan bentuk tertentu, juga berlangsung dalam waktu tertentu, dilakukan dengan kadar keluasan (volume) dan kekerasan (penekanan) tertentu pula. Selain dengan gerak, pengungkapannya juga dengan kata-kata untuk memperjelas maksud yang ingin dicapai.
3.      Gerak bagian, adalah bagian dari “gerak kata” Apabila gerak kata itu diandaikan sebagai suatu kalimat, maka gerak bagian merupakan suku-suku katanya. Pengertian gerak bagian tersebut bukanlah gerak dalam arti sesungguhnya, melainkan merupakan sikap tubuh yang tidak bergerak sebagai bagian dari kesatuan gerak kata seluruhnya.
4.      Gerak kata baru, adalah merupakan pengolahan dan penyempurnaan dari gerak bagian. Letak perbedaannya adalah gerak ini telah melalui proses penyempurnaan bentuk yang diselaraskan dengan tempo, volume, tekanan, irama, serta ritme tertentu.
5.      Gerak indah, adalah merupakan penyempurnaan dari gerak kata baru yang tidak mempunyai arti apa-apa, hanya rasa keindahan belaka yang dimunculkan. Gerak tari merupakan pengembangan dari gerak bagian, gerak kata yang sudah disempurnakan menjadi bentuk gerak yang ditarikan. Gerak ini disajikan dalam bentuk tempo, volume, tekanan, irama, dan ritme tertentu sehingga susunan gerak semacam ini disebut dengan tari.
6.      Gerak praktis, adalah suatu gerak yang mengandung kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pada gerak praktis ini dapat menjadi gerak tari jika telah disempurnakan dengan pemberian ritme, penekanan, volume, tempo serta irama.
Selanjutnya Gendhon mengatakan bahwa gerak sebagai ungkapan bahasa komunikasi tidak akan mempunyai makna jika tidak ada tempo, volume, ritme serta irama. Ini mempunyai arti, seseorang yang melakukan gerak tari seharusnya mempunyai kecerdasan linguistik memadai. Dengan demikian bahasa gerak yang ingin disampaikan kepada orang lain dapat dimengerti dengan baik. Setidaknya seseorang tersebut mampu memahami bahasa gerak yang terkandung didalam tari.
Untuk dapat mencapai komunikasi bahasa gerak dengan baik, gerak memerlukan beberapa faktor dalam gerak. Sal Murgiyanto menyatakan bahwa setidaknya terdapat tiga faktor dalam melakukan gerak, yaitu tenaga, ruang dan waktu. Ketiga unsur ini merupakan satu kekuatan yang tidak dapat dipisahkan dalam gerak tari. Ketiganya saling mengiasi sebab akibat dalam komposisi tari serta merupakan kekuatan untuk mencapai dinamika.

by Google