Back to Top
Cerpen: Lima Ratus untuk Mie Ayam
Cerpen: Lima Ratus untuk Mie Ayam

Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Salam sejahtera untuk kita semua, Taqabballahu minna wa minkum, Shiyaamana wa shiyamakum. Kullu’aam wa antum bikhair Minal Aidzin Wal Faidzin Mohon maaf lahir dan bathin untuk semua pembaca setia Serambicatatan.com. Pada kesempatan yang berbahagia dalam kondisi yang Fitri di Hari raya Idul Fitri 1440 H/2019 M. Semoga kita mampu mempertahankan amalan kebaikan yang sudah kita laksanakan di bulan Ramadhan yang lalu.

Pada postingan sebelumnya Admin telah mempublikasikan cerpen yang berjudul Jagalah Dia 'Cahaya Kebaikan'. Buat para pembaca yang belum membaca postingan sebelumnya silahkan di baca bagi yang penasaran.
Postingan kali ini bercerita tentang kebesaran Allah yang saya rasakan dan tak pernah saya lupakan. Selamat membaca semoga bermanfaat. Allahuakbar.
---------------------------
Author : R Ayi Hendrawan Supriadi

Lima Ratus untuk Mie Ayam


Bangun pagi sudah menjadi keharusan yang hakiki. Terbangun ketika adazan shubuh dan segera bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat shubuh di mes sekolah. Selesai sholat subuh aku bergegas untuk mandi karena yang namanya hidup di lingkungan mes telat sedikit saja pasti akan kesiangan masuk ke sekolah, apalagi sekolah ku sekolah super (Apel jam 6.15). Bergegas aku untuk mandi. Semangat pagi kala itu selalu menemani setiap langkah dalam menjalani pendidikan disana.

Berniat membeli sebungkus nasi untuk sarapan, ternyata uang di dompet hanya sisa Rp500. "Hmmm tak apa,"pikir ku masih pagi dan belum juga terasa lapar. Semangat yang menuntun langkahku ke lapangan apel pagi. Mendengarkan amanat pembina yang selalu memberikan motivasi terbaik dengan sejuta pengalaman yang sudah beliau dapatkan ketika menjadi abdi negara dahulu. Rasanya tak sarapan pun membuat ku tetap bersemangat. Pembelajaran yang diberikan oleh guru hari itu berjalan lancar.

Tepat pukul 11.00 aku baru tersadar bahwa hari ini adalah Jum'at dan ada kewajiban yang harus ditunaikan, yaitu menunaikan shalat Jum'at. Dari ruang kelas aku segera ke Mes tempat tinggal untuk mandi sebelum berangkat ke masjid. Secepatnya menggunakan seragam sekolah kembali untuk sholat di masjid yang ada di sekolah.

Suasana yang sejuk dan rasa lelah di badan membuatku mengantuk (Sesekali tertidur) selagi imam membaca khotbah. Hingga akhirnya aku terkejud karena ada yang menabrak kaki ku yang terlipat. Ya itu adalah kotak amal. Dengan muka kaget aku memeriksa semua saku ku, berharap ada uang untuk aku masukkan. Disaku celanaku ada yang terasa keras dan setelah ku ambil ternyata itu adalah uang 500 yang aku punya. Hatiku berucap "Uang Rp500 sekarang ini buat beli makananpun tak bisa membuat kenyang, lebih baik aku isikan saja ke kotak amal". Akhirnya uang Lima ratus tadi aku masukkan. Imampun selesai membacakan khotbahnya lalu berdoa dan sholat Jumat berjamaah.

Semakin siang rasanya perutku mengadakan kontes musik, berdebug-debug suaranya. Sepulang sholat Jum'at aku mampir ke Lab Biologi untuk sekedar menyapa wali kelasku kala itu. Aku memang sudah biasa mampir kesana, jadi gurupun sudah tak heran. Tak lama, datang salah satu teman guruku. Beliau juga mengajar di sekolah ku. Namun tidak di kelasku. Teman guruku tadi meminta bantuan, untuk membelikan Mie Ayam di depan sekolah. Lalu beliau menawarkan, apakah aku mau atau tidak. Aku hanya tersenyum dan menjawab "Tidak usah Bu, terimakasih saya masih kenyang." Lalu Ibu itu meminta ku membelikan Mie Ayam tiga porsi. Jika ku hitung guru di Lab tersebut hanya ada 2 orang lalu kenapa Ibu itu memesan 3??. Aku beranjak dari Lab untuk membelikan Mie Ayam pesenan tadi. Sampainya aku di Lab, Ibu tersebut hanya mengambil 2 porsi saja, seraya berkata "Ini untukmu, makasih ya udah bantu Ibu. Jangan ditolak ini rezekimu.". "Terimakasih banyak Bu, kalau begitu Ayi pamit ke mes dulu ya Bu. Sekalian mau makan mie ayam ini dengan teman satu mes saya".

Alhamdulillah akhirnya ada makanan yang masuk ke perut ini. Sampainya di mes aku mengajak teman ku yang sama sepertiku untuk memakan mie ayam yang dibelikan oleh guru tadi. Akhirnya perut ini tidak lagi kosong dan semoga mie ayam tadi menjadi berkah. Sejak hari itu pemikiran ku terhadap Allah menjadi semakin bertambah. Aku yakin Allah tidak pernah tidur. Aku yakin Allah akan membantu makhluk-Nya pada saat yang tepat. Allah tidak akan meninggalkan makhluk-Nya yang sedang kesusahan. Semakin yakin bahwa Rezeki itu sudah ada yang mengatur hanya tinggal kita nya saja yang harus mau berikhtiar menjemput rezeki-Nya.
-------------------------

Terimakasih sudah membaca hingga tamat. Melalui cerita diatas saya berharap bisa membagikan pengalaman saya yang sangat menarik dan bermakna. Bahwa berserah diri kepada Allah Subhana wa taala ketika kita sudah melaksanakan semampu kita, itu adalah pilihan yang tepat. Allah maha mengetahui apa yang hambaNya butuhkan. Tugas kita hanya beribadah kepada-Nya dan beramal baik untuk sesama. Akhir kata saya ucapkam kembali Terimakasih. Jika menurut pembaca ini bermanfaat maka jangan lupa untu KOMENTAR dan BAGIKAN.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
  1. Heffri Hutapea

    Begitulah cara Tuhan bekerja. Sangat tidak terduga.

    Reply
    1. R. Ayi Hendrawan Supriadi
    2. Corodroid

      Memyentu sekali ka ceritanya, sebab sesuatu kebaikan akan terbalas dengan kebaikan walaupun cepat atau lambat

    3. R. Ayi Hendrawan Supriadi

      Thanks ya gan komentar positif nya.

  2. Didie Bae

    rame ya blog cerpen....mantap ni buat baca baca...thanks
    terus berkarya gan

    salam mediaweb4u

    Reply
    1. R. Ayi Hendrawan Supriadi

      Alhamdulillah, terimakasih gan

  3. Maghdisha Audina Fianda

    Sangat menyentuh ceritanya, membuat para pembaca pastinua teringat bahwa "Rencana Allah itu lebih baik"

    Reply

by Google